Sabtu, 06 Desember 2014

3 V to High Voltage Inverter

Inverter circuit on basic of really taking a series of mosquito racket, a racket in which these mosquitoes require only a low voltage. With only 3 Volts course of this series has been able to work. Circuit is raising the voltage by a transformer that can be made yourself with the need of copper wire and ferrite rods.
high voltage inverter
How to making a transformer like that here, but this circuit requires a step-up transformer that are larger and require a lot of coils. This transformer is controlled by a transistor semiconductor 24D506 in this series. To output issued until 1KV or more but issued is very low amperage. This circuit can also be used in fluorescent lamps 10W maximum. When used in fluorescent lamps add another capacitor to the voltage for provoke can turn on the lights.
Part List :

Resistor
R1____1K5 Ω
R2____4K3 Ω
R3____22M Ω

Capacitor
C1____100n
C2____100n  400V
C3____0.2uF 400V


Diode
D1___1N4007
D2___1N4007

Transistor
Q1___ 24D506

Transformer
L1___#100 turns 
L2___#100 turns
L3___#1000 turns
Making transformer like here.

high voltage inverter circuit
- See more at: http://circuitschematicelectronics.blogspot.com/2011/03/3v-to-high-voltage-inverter.html#.VIS8mCOG9WI


Pengertian Dan karakteristik Transistor Komplementer

Transistor komplementer adalah transistor-transistor yang saling berpasangan, masing-masingnya berbeda type satu sama lain akan tetapi mempunyai karakteristik yang sama atau identik meliputi besaran-besaran : VCE-max (tegangan kolektor-emitor maksimal), hFE (faktor penguatan arus), IC-max (arus kolektor maksimal), P-tot (daya total), casing fisik dan lain-lain.
Transistor bipolar komplementer terdiri dari satu transistor NPN dan satu transistor PNP yang mempunyai karakteristik yang sama dalam hal yang telah disebutkan di atas.   Contoh : Transistor 2N3055 (NPN) dan MJ2955 (PNP) adalah transistor komplementer yang berpasangan.  Karakteristik kedua transistor itu sama namun berbeda type, satu type NPN dan yang satunya lagi type PNP.
Transistor FET komplementer terdiri dari satu transistor type P dan satu transistor type N yang mempunyai karakteristik sama/identik.  Contoh : Transitor IRF530 (MOSFET type P) dan IRF9530 (MOSFET type N) adalah transistor komplementer yang berpasangan.
Karakteristik kedua transistor itu sama tetapi typenya yang berbeda.

Transistor-transistor komplementer adakalanya memang sengaja dibuat untuk keperluan tertentu, misalnya untuk driver atau transistor power di dalam sirkit-sirkit penguat daya audio (audio po-amp) OTL atau OCL. Akan tetapi ada kalanya juga pasangan komplementer dari suatu transistor dibuat belakangan sebagai pelengkap jika transistor tersebut hendak difungsikan di dalam sirkit-sirkit yang memerlukan pasangan komplementer.  Namun demikian tidak berarti bahwa semua transistor mempunyai pasangan atau ada komplementernya.  Banyak juga transistor-transistor yang tidak mempunyai pasangan komplementernya.

Transistor komplementer Jepang 
Telah dibahas sebelumnya dalam tulisan Transistor Bipolar dan Transistor FET, bahwa dari penamaan atau penomoran pada transistor-transistor Jepang lebih mudah dikenali tentang type dan fungsinya secara langsung. Begitu pula dalam hal mengenali pasangan komplementernya.
  • Transistor dengan kode awal 2SA... (transistor PNP frekwensi tinggi) pastilah pasangan komplementernya adalah transistor dengan kode awal 2SC... (transistor NPN frekwensi tinggi).
    Contoh : Transistor 2SA671 pasangan komplementernya adalah 2SC1061.
  • Transistor dengan kode awal 2SB... (transistor PNP frekwensi rendah) pasangan komplementernya adalah transistor dengan kode awal 2SD... (transistor NPN daya/frekwensi rendah).
    Contoh : Transistor 2SB507 pasangannya adalah 2SD313.
  • Transistor dengan kode awal 2SJ... (transistor FET type N) pasangan komplementernya adalah transistor dengan kode awal 2SK... (transistor FET type P).
    Contoh : Transistor 2SJ50 berpasangan dengan 2SK135.
Berikut ini adalah data beberapa transistor komplementer Jepang yang banyak digunakan dalam berbagai rangkaian perangkat elektronik :

transistor komplementer 1

Transistor komplementer Amerika dan Eropa 
Pada transistor-transistor Amerika dan Eropa, pasangan komplementer dari suatu transistor hanya bisa diketahui dari data tentang transistor yang bersangkutan.
Contoh : Transistor MJ2955 (PNP) pasangannya adalah 2N3055 (NPN)
Transistor BC547 (NPN) pasangannya adalah BC557 (PNP)
Transistor BD139 (NPN) pasangannya adalah BD140 (PNP), dan lain-lain. 
Berikut ini adalah data beberapa pasangan transistor komplementer Amerika dan Eropa yang lazim digunakan dalam berbagai rangkaian perangkat elektronik :

transistor komplementer 2

Penerapan transistor komplementer 
Transistor komplementer banyak diterapkan di berbagai rangkaian elektronik, di antaranya adalah : 
  • Sebagai transistor akhir dalam rangkaian diskrit penguat vertikal TV (pada rangkaian TV lama)
  • Sebagai transistor penguat awal dalam rangkaian differrential input amplifier
  • Sebagai transistor driver dan transistor daya dalam rangkaian audio amplifier
  • Penerapan dalam rangkaian regulator tegangan simetrik
  • dan lain-lain.

Tulisan lain tentang transistor :
Transistor Bipolar 
Transistor FET 


(Sandi Sb)
sndelektronik.blogspot.com

Stimulator Otot Manual

Stimulator otot manual adalah alat pijat elektronik yang dioperasikan secara manual dengan penekanan tombol.  Setiap kali tombol ditekan akan dihasilkan stimulus tegangan tunggal yang kemudian disalurkan melalui dua lempengan kecil elektroda yang ditempelkan pada bagian tubuh, yang akan merangsang otot-otot motorik bereaksi.  Hasilnya adalah seolah-olah bagian otot-otot itu ditarik-tarik atau dipijat.

stimulator_otot

Cara kerja alat pijat elektronik
Rangkaian bekerja dengan adanya pulsa tegangan DC dari baterai yang diberikan ke Trafo penaik tegangan Trf1 ketika Sw1 ditekan.  Kombinasi R2 dan C1 membuat tegangan yang dihasilkan tidak murni tegangan “blok”, dimaksudkan agar efek stimulasi pada otot lebih nyata dan lebih terasa.  R1 memberikan batasan beban untuk baterai, supaya baterai tidak terbebani berlebihan, terutama ketika penekanan tombol Sw1 tanpa sengaja berlangsung agak lama.
Trf1 menaikkan pulsa tegangan hingga ke taraf tertentu.  Ada dua pilihan, yaitu pada titik 110V pada trafo (terjadi penaikan pulsa tegangan sekitar 18X) atau pada titik 220V pada trafo (terjadi penaikan tegangan sekitar 36X dari pulsa input trafo).  Garis putus-putus menggambarkan pilihan sambungan dan hanya disambungkan ke salah satunya saja, misalnya ke tap 110V trafo atau ke tap 220 trafo.  Jika hendak dibuat switch pilihan maka ujung potentiometer dapat disambungkan ke kutub kontak sebuah switch 2 posisi.  Posisi pertama dari switch disambungkan ke tap 110V trafo dan diberi label (misalnya) : low-output, sedangkan posisi kedua dari switch disambungkan ke tap 220V trafo dan diberi label (misalnya) : high-output.
Potentiometer P1 mengatur tegangan pulsa output.
P1 sebaiknya menggunakan potentiometer yang bentuknya besar karena yang bentuknya besar biasanya mempunyai ketahanan yang lebih baik.
P1 bersama resistansi kulit akan membentuk “load-resistance” (resistansi beban) pada tingkat output, karenanya penyetelannya bukan hanya menentukan taraf tegangan, tapi juga sebagai penyesuai kepekaan untuk berbagai kondisi kulit.
Pada praktek konstruksi, bisa ditambah saklar pilihan pada bagian input trafo, yaitu pada titik 6V, 7,5V atau 9V.  Pada bagian output juga bisa saja dibuat saklar tambahan untuk pilihan titik 110V atau 220V.
Sebagai catatan bahwa angka-angka pada trafo tidak menunjukkan besar tegangan kerja, misalnya pada titik 220V bukan berarti besar tegangan output pada titik itu adalah 220V.   Tidak usah takut.

Pembuatan alat pijat elektronik
Lempeng elektroda bisa dibuat dari seng atau bahan stainless yang diptong kecil bujur-sangkar untuk sitempelkan pada bagian badan dengan plester.
Sw1 adalah switch “push-on” yang hanya akan “on” ketika ditekan, ketika dilepas ia tidak on lagi.  Switch ini hanya ditekan sekejap-sekejap saja (tidak ditekan lama-lama) ketika digunakan.
Trafo yang digunakan tidak kritis, bisa yang 300mA, atau 500mA atau 1A.  Tetapi di sini tidak dipentingkan berapa Ampere trafo yang digunakan, meskipun yang digunakan mempunyai kemampuan arus lebih besar hasilnya akan tetap saja sama.
Karena itu, untuk efisiensi yang terbaik adalah justeru menggunakan trafo yang kecil.
Untuk baterai, digunakan baterai HP 3,7V.
Sebagai unit charger-nya bisa dilihat pada : Lampu sein untuk sepeda .
Atau pada : Lampu darurat mati listrik .

Dari yang pernah dibuat dan telah dicoba oleh beberapa orang, rangkaian alat pijat elektronik ini tidak mengandung masalah dan normal saja.  Tetapi sebaiknya jangan berharap bahwa alat pijat ini bisa menggantikan peran tukang urut profesional secara utuh.  Biar bagaimanapun hasil kerja manusia masih jauh lebih baik dibanding hasil kerja mesin atau peralatan elektronik yang tidak mempunyai jiwa dan perasaan apapun.
Terakhir, yang perlu diperhatikan adalah agar jangan mengaktifkan rangkaian ketika sedang di-charge.


( Sandi Sb )
sndelektronik.blogspot.com 

Entry Phone, Alat Komunikasi Antar Ruangan

Rangkaian dimaksudkan untuk memonitor melalui suara tentang orang yang berada pintu gerbang rumah (tamu) oleh pemilik rumah yang berada di dalam kamar di dalam rumah. Dengan E-Phone pemilik rumah bisa bertanya atau berkomunikasi kepada orang yang datang yang telah berada di pintu gerbang.
Bisa juga untuk komunikasi antar ruangan sekedar menyampaikan sesuatu secara cepat tanpa harus menghampiri orang yang dimaksud, biasanya di tempat-tempat aktifitas yang cukup sibuk.

skema E-phone 1

Outdoor unit ditempatkan di dekat pintu atau gerbang pekarangan, terhubung dengan kabel coaxial 3 in 1 (kabel coax isi 3) ke indoor unit yang ditempatkan di kamar penghuni rumah. Outdoor unit hanya terdiri dari sebuah mic (di sini digunakan electric condenser mic untuk radio-tape) dan sebuah speaker. Unit outdoor ini tidak memerlukan power-supply tersendiri, condenser mic sudah mendapatkan tegangan supply dari indoor unit melalui sambungan kabel A yang juga sekaligus sebagai saluran sinyal audio dari mic. Sambungan kabel B adalah grounding untuk mic dan speaker,sedangkan speaker terhubung melalui sambungan C. Untuk kabel coax hendaknya dipilih yang baik, panjangnya disesuaikan keperluan.

Indoor unit merupakan unit pusat di mana terdapat power-supply, pre-amp mic, audio-amplifier beserta volume control dan tombol (switch) pengatur "dengar-bicara". Masukan pre-amp terhubung ke Sw1a untuk memilih mic yang akan digunakan pre-amp, yaitu mic dari outdoor unit atau indoor unit. Keluaran pre-amp diberikan ke input IC 1 setelah melalui volume control VR 1. Karena cuma ada satu volume control, maka VR 1 juga berfungsi sekaligus sebagai pengatur kuat suara yang disalurkan ke speaker di outdoor unit.
Pada keluaran IC 1, sinyal audio yang sudah cukup kuat disalurkan ke speaker. Speaker mana yang akan diberikan, dipilih oleh Sw1b. Ketika Sw1 dalam posisi "dengar", speaker yang aktif adalah speaker indoor unit dan mic yang aktif adalah mic outdoor unit. Ketika Sw1 dalam posisi "bicara", speaker yang aktif adalah speaker outdoor unit dan mic yang aktif adalah mic indoor unit. Sw1 bisa berupa push-switch dan bisa juga berupa togle-switch, yang penting adalah switch 2 kutub, 2 posisi (6 pin).

Untuk power-supply bisa menggunakan adaptor 12V/1A atau dari sumber DC accu 12V.
IC 1 perlu diberi keping pendingin supaya panas tidak berlebihan. 
Ukuran fisik speaker bisa bervariasi, selama impedansinya sesuai yang tertera. Untuk speaker indoor unit bisa juga yang berimpedansi 16 Ohm, sedangkan untuk speaker outdoor unit sebaiknya tidak yang berimpedansi lebih besar lagi.


Tulisan lainnya :
Mini Amplifier 
USB mp3 Player 


( Sandi Sb )
sndelektronik.blogspot.com 

Lampu Malam Otomatis

Berikut adalah saklar otomatis yang akan meng-on-kan ketika gelap atau tidak ada sinar/cahaya, dan meng-off-kan kembali ketika cahaya telah terang.
Rangkaian cocok untuk digunakan sebagai kontrol on-off otomatis untuk lampu-lampu penerangan di luar rumah, dimana seringkali orang lupa mematikan lampu di luar rumah padahal suasana di luar sudah terang karena hari sudah siang.
Rangkaian ini juga bisa digunakan untuk keperluan lain yang berhubungan dengan penyalaan lampu, misalnya jika ditaruh di dalam kamar rangkaian akan mematikan peralatan elektronik tertentu ketika lampu kamar telah dinyalakan.  Atau jika contact dari relay digunakan untuk meng-on-kan sebuah rangkaian alarm, maka alarm akan berbunyi apabila hari telah siang atau apabila lampu kamar ada yang menyalakan.

light switch

Komponen aktif dari rangkaian adalah dua transistor, T1 dan T2.  Pada emitor T1 dipasang dioda dengan posisi maju dan terhubung pada basis T2, ini dimaksudkan untuk menambah besaran tegangan pada basis T1 di mana transistor mulai aktif.  Basisnya terhubung ke pembagi tegangan R1-VR1(trimpot)-LDR dan dalam posisi demikian T1 akan aktif ketika tegangan pada basisnya mencapai :

(VR1 + LDR) / (VR1 + LDR + R1) x V+

Tegangan pada VR1 + LDR ini juga adalah tegangan basis-emitor T1 + tegangan maju D1 (VfD1) + tegangan basis-emitor T2.  Dari konfigurasi itu akan terlihat bahwa perubahan nilai resistansi LDR karena terkena cahaya akan mempengaruhi besarnya tegangan tersebut.  T1, D1 dan T2 dipandang sebagai satu kesatuan komponen aktif di mana akan mulai aktif ketika tegangan pada basisnya (T1) telah mencapai limit, yaitu 2,3V. Angka ini didapatkan dari hasil penjumlahan Vb-eT1 + VfD1 + Vb-eT2, yaitu 0,6V + 1,1V + 0,6V.
Ini akan membuat relay terenergi dan menyambungkan "contact".  Semakin merosot nilai resistansi LDR karena cahaya, akan semakin menurunkan tegangan basis T1, dan ketika mencapai di bawah 2,3V maka komponen aktif akan off dan meng-off-kan relay juga sehingga "contact" terputus.
VR1 menyetel kepekaan rangkaian terhadap level cahaya yang mengaktifkan rangkaian.
D2 dipasang sebagai protector bagi coil relay dari tegangan-kejut yang bisa merusak, akibat berganti-gantinya posisi contact.

Catatan untuk penggunaan pada lampu penerangan :
Perlu diperhatikan penempatan LDR, supaya tidak dipengaruhi oleh cahaya dari lampu yang dinyalakan dan dimatikan oleh contact.  LDR yang terlalu dekat dengan lampu sehingga mudah dipengaruhi oleh cahaya lampu akan membuat lampu menjadi mati dan hidup secara bergantian terus-menerus.  Sebaiknya penempatannya agak jauh dari lampu dan terhubung ke rangkaian dengan kabel tersendiri.  Kwalitas contact relay juga perlu dipertimbangkan sehubungan dengan besar daya lampu yang dipasang.  Dengan menggunakan relay berkwalitas baik dan contact-nya berkemampuan arus tinggi, beberapa lampu bisa diparalel untuk dihidupkan dan dimatikan secara bersama-sama.
Pada gambar di atas symbol lampu yang diperlihatkan adalah symbol lampu elemen-pijar, namun dalam prakteknya bisa berupa lampu apa saja bahkan bisa peralatan elektronik apa saja yang memerlukan supply tegangan AC 220V.


Tulisan lain tentang lampu :
Lampu Darurat Mati Listrik 
Neon 12V 


( Sandi Sb )
sndelektronik.blogspot.com

Accu Portabel, Penggabungan Accu / Aki Dengan Chargernya

Upaya untuk menggabungkan accu / aki (yang terbaik accu kering) dengan sebuah perangkat charger sederhana menjadi sebuah kesatuan alat : Accu portabel.
Ini dimaksudkan untuk penggunaan sementara yang bersifat mobile, di mana accu dapat dengan mudah ditenteng atau dibawa-bawa untuk berbagai keperluan praktis, kemudian ketika selesai ia bisa langsung di-charge internal tanpa pensaklaran yang rumit.
Untuk keperluan ini baterai/accu yang digunakan bukanlah yang besar, hanya yang berkapasitet 5AH atau maksimal 10AH.
Orang-orang tertentu di daerah-daerah tertentu seringkali memerlukan tegangan DC 12V di dalam banyak aktifitasnya yang jauh dari rumah.  Mereka terbiasa membawa-bawa sebuah accu atau baterai kering untuk keperluan mereka seperti mencari ikan dan belut dengan cara “electro-fishing” atau sebagai sumber tegangan untuk perangkat penerangan mereka ketika melaut di waktu malam.
Accu portabel bisa lebih memudahkan karena setelah selesai digunakan ia bisa langsung di-charge dan dibiarkan begitu saja hingga tiba waktunya untuk dipergunakan kembali.

accu portable schematic

Jika pada AC-in tidak ada masukan, relay tidak terenergi dan kontaknya menyambungkan elektroda + (positif) accu ke jalur tegangan keluaran.  Pada keadaan seperti ini accu siap digunakan dengan berbagai peralatan elektronik ringan seperti mini car-audio, DC-fan, lampu penerangan Led dan lain-lain.
Ketika keperluan selesai steker AC-in dihubungkan ke sumber tegangan AC 220V.  Secara otomatis relay akan ter-energi dan kontaknya akan menghubungkan elektroda + (positif) accu ke charger sederhana yang terdiri dari Trf1, D1...D4, D5.
Accu akan terisi lambat hingga penuh.
Sistem pengisian accu di sini memang bukan sitem pengisian yang otomatis, hanya yang sederhana saja seperti yang diulas dalam Pengisi aki sederhana .
Tetapi dengan penggunaan trafo yang tidak besar di sini (Trf1) tidaklah masalah walaupun perangkat dihubungkan ke sumber AC 220V dalam waktu yang lama, asalkan trafo yang digunakan adalah trafo dengan kwalitas yang baik. Trafo dengan kwalitas yang buruk akan lebih cepat panas karena efisiensinya yang rendah.

Jika accu telah terisi penuh, level tegangan charging akan kira-kira sama dengan level tegangan accu, sehingga arus yang mengalir hanyalah arus pas-cukupan untuk menjaga agar level accu tetap full.
Apabila terjadi pemadaman tegangan AC, accu akan secara otomatis memberikan tegangan 12V ke jalur V-out.  Jika V-out dihubungkan dengan lampu penerangan 12V, maka ia akan berfungsi sebagai lampu darurat ketika lampu penerangan AC tidak berfungsi. Apabila V-out dihubungkan dengan sebuah rangkaian alarm, maka ia akan berfungsi sebagai alarm mati listrik.


Tulisan lain sehubungan dengan penggunaan aki / accu sebagai sumber tegangan :
Accumulator Atau Aki 
Mini Inverter 


( Sandi Sb )
sndelektronik.blogspot.com 

Membuat Lampu Rem Motor Berkedip


brake lamp flasher
Para pengguna jalan raya seperti para pekerja di luar kota yang biasa berkendaraan sepeda motor setiap harinya, para “biker” ataupun para pemudik lebaran tak pernah lepas dari permasalahan yang ada dan terjadi ketika berkendara di jalan raya.  Salah satu permasalahan itu adalah tentang kejelasan nyala lampu rem.
Lampu rem sepeda motor seringkali tidak terlihat jelas apakah sedang menyala ataukah tidak, terutama ketika lampu penerangan memang sedang menyala juga.  Pengendara di belakangnya bisa salah langkah karena tidak mengira bahwa motor di depannya sedang melakukan pengereman.  Hal yang terlalu mendadak bisa membuat respon yang kurang siap.  Tentu saja ini cukup berbahaya jika sedang berkendara di jalan raya dengan kendaraan-kendaraan yang berkecepatan tinggi.

Rangkaian berikut bisa diterapkan sebagai penjelas bahwa lampu rem sepeda motor sedang menyala, yaitu dengan membuatnya berkedip cepat.  Respek mata terhadap cahaya berkedip ternyata memang lebih baik daripada cahaya yang tidak berkedip.

brake lamp flasher schematic

Rangkaian ini dibuat untuk kendaraan dengan tegangan accu/baterai 12V.
Jantung rangkaian ini adalah IC timer yang cukup populer, yaitu IC 555.
IC dikonfigurasikan sebagai astable multivibrator dengan timing (pewaktuan) yang ditentukan oleh R1, R2, dan C1.  Dengan nilai sebagaimana yang dicantumkan IC akan mengeluarkan sinyal-sinyal blok pada frekwensi 8Hz.  Duty cycle mendekati 50%.
Pada keluaran IC 555 (pin 3) dipasang transistor T2.  Arus basisnya dibatasi oleh R3.
Setiap kali keluaran IC berlevel “high” maka T2 akan aktif.  Kolektor-emitornya akan menarik arus sehingga basis T1 mendapatkan tegangan negatif terhadap emitornya.  Ini menyebabkan T1 menjadi aktif juga dan kolektor-emitornya akan menghantar.  Apabila pada kolektor T1 dipasang sebuah lampu, maka lampu ini akan menyala.
Ketika keluaran IC berlevel “low” maka T2 akan tidak aktif, begitu pula T1 sehingga lampu tidak menyala. Keadaan ini berlangsung berganti-ganti sehingga lampu akan hidup-mati (berkedip) secara periodik.  Hal yang perlu dimaklumi adalah bahwa semua lampu dengan elemen pijar (lampu bohlam) tidaklah menyala dengan sekejap dan mati dengan sekejap pula.  Respon terhadap tegangan untuk menyala adalah lambat, begitupun ketika matinya.  Karena itu jika setelan frekwensi kedip terlalu cepat maka lampu hanya tampak bergelombang saja cahayanya. Hal ini akan berbeda apabila lampu menggunakan jenis LED.  Kedipan nyala Led akan lebih spontan.

Daftar komponen :
R1 = 39k
R2,R5 = 1k
R3 = 1k5
R4 = 390 Ohm
C1 = 2,2uF/50V
C2 = 100uF/25V
D1,D2 = 1N4002
T1 = A614 / TIP 42A
T2 = FCS 9013
IC = NE 555

Catatan :
Frekwensi kedipan bisa dipercepat dengan mengganti R1 menjadi 33k. Untuk frekwensi kedipan yang lebih variatif, R1 bisa diganti dengan sebuah potentiometer atau trimpot. Gambar skemanya akan menjadi seperti pada gambar (B) di atas. 
VR1 = 50k

Perhatikanlah bahwa apabila rangkaian ini telah dibuat, ada tiga kabel yang keluar dari rangkaian.  Satu untuk kabel tegangan input (in), satu untuk kabel tegangan keluaran (out) yang akan disambungkan ke lampu bagian rem, dan satunya lagi untuk ground (disambungkan ke body kendaraan).
Rangkaian ini telah diuji coba pada motor Honda Supra-X 125R.  Umumnya pola sambungan lampu belakang untuk yang se-merk adalah sama.  Untuk merk atau type lain tidak masalah, asalakan lampu rem yang digunakan adalah lampu yang di dalamnya terdapat dua elemen pijar, satu untuk lampu nyala belakang dan satu lagi untuk lampu indikator rem.
Dan pastikanlah bahwa pola sambungan lampunya adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar (C).
Sisi C lampu terhubung ke ground (body).  Apabila sisi C lampu ternyata tidak terhubung ke ground, maka berarti pola sambungannya berbeda, rangkaian ini tidak bisa diterapkan.
Untuk type tertentu seperti Honda Vario 125 rangkaian ini tetap bisa diterapkan meskipun menggunakan lampu rem yang tersendiri (terpisah dengan lampu nyala belakang).  Yang penting sambungan + (positif) untuk lampu-lampu rem bisa diketahui dan lalu dilakukan langkah-langkah sebagaimana yang akan disebutkan.

T1 memerlukan keping pendingin, karena ketika transistor ini beroperasi ia dialiri arus yang lumayan besar untuk ukurannya sehingga menimbulkan panas.

Langkah pemasangan :
Dalam keadaan kunci kontak off, bukalah kap jok (tempat duduk) motor.  Bukalah penutup lampu belakang dan penutup samping hingga terlihat sambungan tiga kabel dari soket lampu belakang.  Carilah kabel yang terhubung dengan penyalaan lampu rem, caranya adalah dengan menggunakan AVO meter pada posisi DCV 50.  Tuas hitam ditempelkan pada bagian body logam motor (ground), dan ujung tuas merah dicolokkan ke dalam salah satu lubang soket sambungan lampu belakang.
Lalu nyalakan kunci kontak tapi jangan hidupkan mesin dan juga lampu penerangan (lampu depan).  Setelah itu injaklah pedal rem.  Lihatlah pada AVO meter, apakah ada tegangan?
Colokkan ujung tuas merah ke lubang soket lainnya jika AVO meter belum menunjukkan adanya tegangan. Jika sudah terlihat ada tegangan ketika pedal rem diinjak, maka tandailah kabel yang terhubung dengan itu sebagai kabel lampu rem.  Matikanlah kembali kunci kontak.
Pada sepeda motor Honda Supra-X 125R kabel lampu rem itu adalah yang berwarna hijau bergaris kuning.
Putuskanlah kabel lampu rem itu.   Setelah terputus, sambungkan kabel putusan yang (tersambung) ke arah lampu rem dengan kabel out dari rangkaian.  Dan kabel putusan yang satunya lagi sambungkan dengan kabel in dari rangkaian.  Pastikan sambungan-sambungan kabel cukup baik, kalau perlu disolder.  Isolasi setiap sambungan dengan isolator yang bagus.
Setelah itu sambungkan kabel ground rangkaian ke body motor.
Sebagai bagian akhir, pastikan bahwa rangkaian benar-benar terlindung dari air.  Bungkuslah dengan plastik lalu diisolasi dengan rapat jika memang diperlukan.
Silahkan mencoba...


Tulisan lain sehubungan aksesoris sepeda motor :
Anti Maling Sepeda Motor (1) 
Anti Maling Sepeda Motor (2) 



( Sandi Sb )
sndelektronik.blogspot.com 

Kristal Kwarsa atau Kristal Frekwensi

kristal kwarsa
Adalah komponen/part elektronik dari bahan kwarsa (kwartz) yang berfungsi sebagai penentu frekwensi dengan range yang sangat sempit di dalam rangkaian tertentu seperti osilator, generator sinyal, atau di dalam rangkaian-rangkaian tapis/filter tunggal maupun yang lebih kompleks.
Kristal frekwensi dibuat dengan konstruksi dua elektroda terpasang menghimpit sebuah lapisan kwarsa.  Ketipisan lapisan kwarsa ini menentukan frekwensi kerja (frekwensi diri) dari kristal.  Semakin tipis kwarsa maka akan semakin tinggi frekwensi kerja yang dihasilkannya.
Karena ketipisan kristal kwarsa ada batasnya, maka frekwensi kerja kristal juga ada batasnya pula.  Frekwensi kristal dicantumkan oleh pabrik pembuatnya tertera di badannya, umumnya dari beberapa kHz hingga bilangan puluhan MHz.

Kristal kwarsa atau kristal frekwensi bekerja atas dasar adanya efek piezo-elektrik, yakni efek di mana terjadi hal-hal sebagai berikut :
  • 1.Apabila pada kedua ujung bagian lapisan kristal tertekan secara fisik-mekanik, maka akan terjangkit padanya tekanan-tekanan listrik.
Tekanan-tekanan listrik ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan tekanan yang terjadi pada ujung-ujung lapisan kritsal.
Keadaan yang seperti ini dimanfaatkan di dalam alat pungut sinyal seperti mikrofon kristal. Bagian ujung-ujung kristal mendapatkan tekanan yang berubah-ubah dari membran di dalam mikrofon karena udara yang bergetar ketika ada gelombang suara.   Tekanan-tekanan listrik pada kristal di dalam mikrofon ini menjangkitkan tegangan ac sinus kecil dengan frekwensi yang setara frekwensi kerja kristal.
  • 2.Apabila pada kedua ujung bagian kristal diberi tekanan-tekanan listrik, maka secara fisik-mekanik lapisan kristal akan berubah-ubah bentuk sesuai dengan perubahan tekanan listriknya.
Keadaan yang seperti ini dimanfaatkan di dalam alat yang mengeluarkan bunyi seperti speaker piezo-elektrik, piezo buzzer dan lain-lain.
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada kristal membuat getaran-getaran pada media di mana kristal tersebut menempel, akibatnya timbullah bunyi.  Tekanan-tekanan listrik dalam bentuk pemberian tegangan ac sinus kepada kristal akan membentuk getaran-getaran bunyi yang setara dengan frekwensi kerja kristal.   Jika frekwensi sinyal ac sinus yang diberikan kepada kristal adalah sama dengan frekwensi kerja kristal (frekwensi resonansi kristal), maka getaran bunyi akan mencapai maksimum.

Pada kristal frekwensi yang difungsikan sebagai penentu frekwensi di dalam osilator, tekanan listrik awal yang terjadi menyebabkan perubahan fisik pada kristal.  Perubahan fisik ini secara otomatis juga menyebabkan terjangkitnya tegangan kecil pada ujung-ujung kristal.  Ketika tegangan yang terjangkit ini dikuatkan oleh transistor maka hasilnya akan menjadi tekanan listrik selanjutnya bagi kristal.  Demikianlah sehingga timbul getaran-getaran listrik yang berkesinambungan terus-menerus dengan frekwensi setinggi frekwensi kerja kristal.

Skema ekuivalen dari Kristal frekwensi.
Kristal frekwensi bekerja seolah ia adalah sebuah sirkit L dan C.  Karena itu ia bisa diibaratkan sebagai sebuah rangkaian L-C (lihat gambar).

skema pengganti kristal

Dalam gambar tampak skema pengganti Kristal frekwensi. R hanya kecil saja sehingga bisa diabaikan.
L dan C membentuk sirkit L-C deret.
Tentang sifat-sifat L-C deret dengan frekwensi resonansinya dapat disimak dalam :Frekwensi Resonansi Sirkit L-C .
Di sisi lain terdapat kapasitas yang terbentuk antar elektroda kristal, yaitu Cx. Kapasitas ini memang ada dan karenanya terbentuk pula frekwensi resonansi L-C jajar, yaitu L yang berjajar dengan deretan C dan Cx.
Maka dengan demikian (sebenarnya) ada dua frekwensi resonansi pada kristal, yaitu frekwensi resonansi L-C deret dan frekwensi resonansi L-C jajar.  Akan tetapi dengan perbandingan C dan Cx yang jauh maka yang lebih dominan bagi kristal adalah karakteristiknya sebagai L-C deret.  Dengan mengupayakan keberadaan Cx yang sekecil mungkin (dilakukan oleh produsen pembuatnya), maka sifat L-C jajar pada kristal dapat diabaikan.

Kristal frekwensi mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding sirkit L-C biasa, di antaranya adalah :
  • Kestabilan frekwensi kerja yang tinggi.
  • Faktor Q yang sangat tinggi, dalam prakteknya bisa mencapai 1 juta.
  • Mempunyai koefisien suhu yang kecil (tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suhu).
  • Kompak dalam casing yang terlindung.

Sandi Sb.