Resistor atau weerstand atau tahanan adalah komponen/part elektronik yang berfungsi "menahan" atau membatasi arus listrik yang mengalir. Efek dari pemasangan resistor pada satu hantaran adalah menurunnya arus dan juga menurunnya tegangan listrik pada hantaran itu di ujung selanjutnya. Ini terjadi karena resistor bersifat menghambat. Pada resistor mengalir arus yang telah "dihambat" oleh resistor itu hingga diteruskan ke ujung hantaran selanjutnya. Dan ketika menghambat pada resistor muncul tegangan listrik di antara ujung-ujung resistor tersebut. Hubungan antara resistansi (besar hambatan), tegangan dan arus dinyatakan sebagai berikut :
V = I x R
V = tegangan (Volt), I = arus (Ampere) dan R = resistansi (Ohm).
Dari persamaan tersebut, maka dapat disimpulkan juga sebagai berikut :
I = V : R atau R = V : I
Satuan besaran resistor adalah Ohm (Ω).
1 Mega Ohm (MΩ) = 1000 kilo Ohm (kΩ)
1 kΩ = 1000 Ω
1 Ω = 1000 mili Ohm (mΩ)
Pada setiap resistor juga ada ketentuan daya maksimum yang terbebankan kepadanya, dinyatakan dengan Watt (W). Hal ini karena adanya arus yang mengalir pada resistor dan adanya tegangan di antara kedua ujungnya ketika resistor sedang berfungsi. Maka sebagaimana yang telah diketahui, jika ada dua besaran, yaitu arus dan tegangan maka sudah tentu ada besaran daya, sebab daya (W) adalah hasil perkalian tegangan (V) dan arus (I), W = V x I .
Ketentuan rating daya maksimum yang dioperasikan kepada resistor telah ditentukan oleh pabrik pembuatnya dan tidak boleh terlampaui. Jika terlampaui maka seketika resistor akan rusak atau hangus terbakar.
Resistor umumnya dibuat dari bahan karbon. Resistor-resistor tertentu dibuat dari bahan metal-film untuk yang bertoleransi sangat kecil dan ada juga yang dibuat dari bahan kawat resistan (resistance-wire) untuk daya yang besar-besar.
Nilai resistansi resistor (dalam Ohm) telah di-standarkan secara internasional pada bilangan-bilangan tertentu. Dua angka yang menjadi standar nilai adalah :
10 12 15 18 22 27 33 39 47 56 68 82
Contoh 1 : Ada resistor dengan nilai 15 Ohm, tidak ada yang bernilai 17 Ohm.
Contoh 2 : Ada resistor bernilai 2,2 kOhm, tidak ada yang bernilai 2,3 kOhm.
Contoh 3 : Ada resistor bernilai 0,33 Ohm, tidak ada yang bernilai 0,35 Ohm.
Pada beberapa produk tertentu ada standard angka 11 24 36 51 62 75 91 akan tetapi ini jarang digunakan dan tidak umum.
Kode warna pada resistor
Nilai resistansi pada suatu resistor umumnya dinyatakan dalam kode warna pada gelang-gelang warna sebagai berikut :
Gelang warna hitam (black) berarti angka 0
Gelang warna cokelat (brown) berarti 1
Gelang warna merah (red) berarti angka 2
Gelang warna jingga (orange) berarti angka 3
Gelang warna kuning (yellow) berarti angka 4
Gelang warna hijau (green) berarti angka 5
Gelang warna biru (blue) berarti angka 6
Gelang warna ungu (purple) berarti angka 7
Gelang warna abu-abu (grey) berarti angka 8
Gelang warna putih (white) berarti angka 9
Gelang warna emas (gold) berarti 5%
Gelang warna perak (silver) berarti 10%
Kode warna pada resistor dengan 4 gelang warna
Pada resistor dengan 4 gelang warna, membaca nilainya adalah sebagai berikut :
(1) Gelang warna pertama menjadi angka pertama
(2) Gelang warna kedua menjadi angka kedua
(3) Gelang warna ketiga adalah banyaknya nol tambahan setelah dua angka sebelumnya
(4) Gelang warna keempat, menunjukkan toleransi penyimpangan dari nilai yang tertera
Contoh1 : Resistor dengan gelang (1) cokelat, gelang (2) merah, gelang (3) hitam, gelang (4) emas, maka nilai resistor tersebut adalah 12 Ohm, dengan toleransi kemungkinan penyimpangan dari nilainya itu sebesar (rata-rata) 5%.
Contoh 2 : Resistor dengan gelang (1) hijau, gelang (2) biru, gelang (3) jingga, gelang (4) emas, maka nilai resistor tersebut adalah 56000 Ohm atau 56 kOhm, dengan toleransi penyimpangan nilai 5%.
Perlu diingat bahwa untuk mengetahui manakah gelang warna pertama, maka lihatlah gelang yang bukan berwarna emas atau perak, itulah gelang pertamanya. Dan juga perlu diingat tentang angka-angka standar nilai Ohm, sehingga tidak salah dalam melihat warna-warna.
Contoh 1 : Jika gelang pertama berwarna biru, pastilah gelang kedua berwarna abu-abu, sebab standar nilai yang ada adalah 68.
Contoh 2 : Jika gelang pertama berwarna kuning, pastilah gelang kedua berwarna ungu (bukan hitam), sebab standar nilai yang ada adalah 47.
Catatan : khusus gelang warna ketiga jika berwarna emas, maka nilai dua angka sebelumnya dibagi 10 (atau dikalikan 0,1). Jika berwarna perak, maka nilai dua angka sebelumnya dibagi 100 (atau dikalikan 0,01).
Contoh 1 : Resistor dengan gelang (1) kuning, gelang (2) ungu, gelang (3) emas, gelang (4) emas, maka nilai resistor tersebut adalah 4,7 Ohm, dengan toleransi 5%.
Contoh 2 : Resistor dengan gelang (1) jingga, gelang (2) putih, gelang (3) perak, gelang (4) emas, maka nilai resistor itu adalah 0,39 Ohm, dengan toleransi 5%.
Tidak semua resistor menggunakan kode gelang warna. Pada resistor-resistor tertentu, terutama untuk daya yang lebih besar nilai resistansinya dicantumkan langsung dengan tulisan angka.
Kode warna pada resistor dengan 5 gelang warna
Resistor dengan ketelitian nilai resistansi yang tinggi, yaitu yang bertoleransi antara 1 – 3% menggunakan pengkodean dengan 5 gelang warna. Dibandingkan resistor pada umumnya, ada perbedaan pengkodean, yaitu pada gelang (3), (4), dan (5) sebagai berikut :
(1) Gelang warna pertama, adalah angka pertama
(2) Gelang warna kedua, adalah angka kedua
(3) Gelang warna ketiga, adalah angka ketiga setelah dua angka sebelumnya
(4) Gelang warna keempat, adalah banyaknya nol tambahan setelah tiga angka sebelumnya
(5) Gelang warna kelima, menunjukkan toleransi penyimpangan dari nilai yang tertera
Contoh 1 : Resistor dengan gelang (1) abu-abu, gelang (2) merah, gelang (3) hitam, gelang (4) hitam, gelang (5) cokelat, maka nilai resistor tersebut adalah 820 Ohm, dengan toleransi 1%.
Contoh 2 : Resistor dengan gelang (1) merah, gelang (2) ungu, gelang (3) hitam, gelang (4) cokelat, gelang (5) merah, maka nilai resistor tersebut adalah 2700 Ohm atau 2,7 kOhm, dengan toleransi 2%.
Rangkaian resistor seri dan paralel
Nilai-nilai resistor standard yang tersedia di pasaran seringkali tidak memenuhi keperluan yang diinginkan. Jika ini terjadi maka bisa diseri atau diparalel beberapa resistor, sehingga didapatkan satu resistor baru dengan nilai seperti yang diinginkan.
Nilai resistor dengan rangkaian seri adalah :
Rx = R1 + R2
Contoh : R1 = 12 Ohm dan R2 = 1 Ohm dirangkai seri, maka akan dihasilkan Rx sebesar 13 Ohm.
Nilai resistor dengan rangkaian paralel adalah :
Rx = (R1 x R2) / (R1 + R2)
Contoh : R1 = 10 Ohm dan R2 = 10 Ohm dirangkai paralel, maka akan dihasilkan Rx sebesar 5 Ohm.
Catatan : Pada rangkaian seri ketentuan rating daya maksimum tidak bertambah besar. Contoh : Jika R1 1/5W dan R2 1/5W maka Rx tetap 1/5W.
Pada rangkaian paralel ketentuan dayanya akan bertambah besar, sesuai dengan ketentuan daya resistor-resistor yang diparalelkan itu. Contoh : Jika R1 2W dan R2 2W maka ketentuan rating daya maksimum Rx akan menjadi 4W.
Jenis-jenis resistor khusus
Beberapa jenis resistor telah dibuat secara khusus dan untuk keperluan-keperluan khusus. Berikut ini adalah beberapa beberapa di antaranya :
Variabel resistor
Variabel resistor terdiri dari potentiometer dan trimmer potentiometer (trimpot).
Potentiometer adalah resistor yang bisa dirubah-rubah nilai resistansinya secara manual dan terus menerus selama diperlukan. Potentiometer banyak digunakan pada pengatur volume dan pengatur bass & treble pada system audio kovensional, juga banyak digunakan pada perangkat pengatur peralatan elektronik manual yang lain.
Trimpot adalah resistor yang bisa dirubah-rubah nilai resistansinya secara manual (biasanya dengan obeng trimmer) hanya untuk keperluan pengesetan. Trimpot hanya di-trim (disetel) sekali saja pada saat pengesetan untuk seterusnya.
NTC dan PTC
NTC (Negative Temperature Coeficient) adalah resistor yang akan berubah mengecil nilai resistansinya jika terkena suhu panas. Derajat perubahan ini tergantung pada seberapa besar suhu panas yang mengenainya.
PTC (Positive Temperature Coeficient) adalah resistor yang akan berubah membesar nilai resistansinya jika terkena suhu panas. NTC maupun PTC banyak digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronik sehubungan dengan kontrol suhu, pada power-supply televisi, elektronik permesinan pabrik, dan lain-lain.
LDR
LDR (Light Demission Resistor) adalah resistor yang akan berubah mengecil nilai resistansinya jika terkena cahaya. LDR banyak digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronik peka cahaya, seperti kontrol iluminasi pada kamera, atau pada rangkaian pengontrol lampu penerangan jalan otomatis, dan lain-lain.
VDR
VDR (Voltage Dependent Resistor) adalah resistor yang berubah nilai resistansinya sesuai dengan tegangan yang diberikan padanya. Resistor ini ada terdapat pada regulator power supply televisi, dan lain-lain.
Tulisan lain sehubungan dengan resistor :
Pengukuran Ohm, mengukur resistansi resistor
Perhitungan Resistor Untuk Led
(Sandi Sb.)
sndelektronik.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar