Sebagaimana telah pernah diulas bahwa trafo melakukan transfer daya listrik, dengan besaran daya yang tetap meskipun tegangan ditinggikan ataupun diturunkan. Selengkapnya lihat dalam : Trafo
Dengan adanya trafo, pelimpahan daya dari satu point ke point lainnya bisa dilakukan sesuai dengan besaran tegangan dan arus yang diinginkan, yaitu dengan membuat perbandingan yang tepat dalam gulungan-gulungan kawat tembaga di dalamnya. Pada trafo-trafo daya, pelimpahan daya ini terjadi tanpa adanya sambungan sama sekali (tanpa koneksi tertaut), hanya gulungan primer di satu sisi dan gulungan sekunder di sisi yang lain yang masing-masing gulungan tersebut berada di dalam satu inti.
Bagaimana ini bisa terjadi? Untuk memahami hal ini, perlu dipahami terlebih dahulu tentang proses terjadinya potential induksi sebagai berikut :
Tampak pada gambar sebuah besi lunak yang berfungsi sebagai inti dililitkan padanya kawat-kawat tembaga sehingga terbentuk dua buah lilitan, yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder. Lilitan primer dan lilitan sekunder ini terisolasi secara sambungan, mereka hanya sama-sama terlilitkan pada satu gelondong inti yang sama, yaitu besi lunak.
Ketika switch ditutup (disambungkan), jarum galvanometer bergerak sesaat namun kemudian kembali lagi ke posisi nol. Meskipun switch terus ditutup (berarti ada aliran arus dari baterai ke lilitan primer) tapi jarum galvanometer tidak lagi bergerak. Ia hanya bergerak sesaat ketika switch mulai ditutup.
Pada saat switch dibuka, jarum galvanometer kembali bergerak sesaat lalu ke nol lagi.
Disimpulkan bahwa munculnya tegangan listrik di lilitan sekunder adalah pada saat switch ditutup dan pada saat switch dibuka saja. Pada saat switch ditutup terjadi perubahan pada besi lunak (inti) dari netral menjadi bersifat magnet. Dan pada saat switch dibuka juga terjadi perubahan pada besi lunak dari bersifat magnet menjadi netral. Perubahan-perubahan ini menyebabkan munculnya tegangan listrik di lilitan sekunder.
Jika switch ditutup dan dibuka berganti-ganti secara kontinyu terus menerus maka jarum galvanometer akan terus menunjukkan adanya tegangan listrik. Jika baterai (sumber DC) diganti dengan sumber AC, maka switch tidak lagi diperlukan untuk dibuka-tutup agar terus menimbulkan tegangan listrik di lilitan sekunder, sebab di dalam arus AC terkandung tegangan positif dan negatif yang berganti-ganti yang bisa menyebabkan perubahan-perubahan medan magnet pada besi lunak terus menerus. Akibatnya di lilitan sekunderpun akan muncul tegangan listrik yang terus menerus juga. Itulah sebabnya trafo digunakan untuk transfer daya AC atau untuk transfer daya dengan tegangan yang mempunyai perubahan-perubahan periodik. Lebih lengkap tentang AC bisa dilihat dalam : Pengertian AC
Tidak akan terjadi transfer daya pada tegangan DC yang mempunyai kurva tegangan yang lurus.
Potential listrik yang timbul di lilitan sekunder disebut juga potensial induksi. Besarnya potensial induksi ini tergantung kepada banyaknya lilitan dan kuatnya perubahan fluks magnetis yang terjadi di inti trafo.
Pada trafo yang sempurna (secara teoritis), tidak ada arus di lilitan primer jika tidak mengalir arus di lilitan sekunder. Tetapi di dalam prakteknya tidak ada trafo yang bisa dibuat sempurna karena selalu ada kekurangan yang menyangkut berbagai hal permasalahan, seperti permasalahan bahan pembuat inti trafo, permasalahan konstruksi fisik dari trafo, permasalahan adanya rongga-rongga di antara lilitan trafo, dan lain-lainnya.
( Sandi Sb )
sndelektronik.blogspot.com
Dengan adanya trafo, pelimpahan daya dari satu point ke point lainnya bisa dilakukan sesuai dengan besaran tegangan dan arus yang diinginkan, yaitu dengan membuat perbandingan yang tepat dalam gulungan-gulungan kawat tembaga di dalamnya. Pada trafo-trafo daya, pelimpahan daya ini terjadi tanpa adanya sambungan sama sekali (tanpa koneksi tertaut), hanya gulungan primer di satu sisi dan gulungan sekunder di sisi yang lain yang masing-masing gulungan tersebut berada di dalam satu inti.
Bagaimana ini bisa terjadi? Untuk memahami hal ini, perlu dipahami terlebih dahulu tentang proses terjadinya potential induksi sebagai berikut :
Tampak pada gambar sebuah besi lunak yang berfungsi sebagai inti dililitkan padanya kawat-kawat tembaga sehingga terbentuk dua buah lilitan, yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder. Lilitan primer dan lilitan sekunder ini terisolasi secara sambungan, mereka hanya sama-sama terlilitkan pada satu gelondong inti yang sama, yaitu besi lunak.
Ketika switch ditutup (disambungkan), jarum galvanometer bergerak sesaat namun kemudian kembali lagi ke posisi nol. Meskipun switch terus ditutup (berarti ada aliran arus dari baterai ke lilitan primer) tapi jarum galvanometer tidak lagi bergerak. Ia hanya bergerak sesaat ketika switch mulai ditutup.
Pada saat switch dibuka, jarum galvanometer kembali bergerak sesaat lalu ke nol lagi.
Disimpulkan bahwa munculnya tegangan listrik di lilitan sekunder adalah pada saat switch ditutup dan pada saat switch dibuka saja. Pada saat switch ditutup terjadi perubahan pada besi lunak (inti) dari netral menjadi bersifat magnet. Dan pada saat switch dibuka juga terjadi perubahan pada besi lunak dari bersifat magnet menjadi netral. Perubahan-perubahan ini menyebabkan munculnya tegangan listrik di lilitan sekunder.
Jika switch ditutup dan dibuka berganti-ganti secara kontinyu terus menerus maka jarum galvanometer akan terus menunjukkan adanya tegangan listrik. Jika baterai (sumber DC) diganti dengan sumber AC, maka switch tidak lagi diperlukan untuk dibuka-tutup agar terus menimbulkan tegangan listrik di lilitan sekunder, sebab di dalam arus AC terkandung tegangan positif dan negatif yang berganti-ganti yang bisa menyebabkan perubahan-perubahan medan magnet pada besi lunak terus menerus. Akibatnya di lilitan sekunderpun akan muncul tegangan listrik yang terus menerus juga. Itulah sebabnya trafo digunakan untuk transfer daya AC atau untuk transfer daya dengan tegangan yang mempunyai perubahan-perubahan periodik. Lebih lengkap tentang AC bisa dilihat dalam : Pengertian AC
Tidak akan terjadi transfer daya pada tegangan DC yang mempunyai kurva tegangan yang lurus.
Potential listrik yang timbul di lilitan sekunder disebut juga potensial induksi. Besarnya potensial induksi ini tergantung kepada banyaknya lilitan dan kuatnya perubahan fluks magnetis yang terjadi di inti trafo.
Pada trafo yang sempurna (secara teoritis), tidak ada arus di lilitan primer jika tidak mengalir arus di lilitan sekunder. Tetapi di dalam prakteknya tidak ada trafo yang bisa dibuat sempurna karena selalu ada kekurangan yang menyangkut berbagai hal permasalahan, seperti permasalahan bahan pembuat inti trafo, permasalahan konstruksi fisik dari trafo, permasalahan adanya rongga-rongga di antara lilitan trafo, dan lain-lainnya.
( Sandi Sb )
sndelektronik.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar